Balasan Untuk
Sepucuk Surat
#Enggak semua yang
lo baca itu bener#
Akhirnya aku
memutuskan untuk menuliskan balasan surat untuk seseorang di sana. Sebenarnya
surat darinya sudah lama melayang dan mendekam di lemariku, tapi entah mengapa
aku masih belum saja tergerak untuk membalas surat itu hingga sampai saat ini.
Surat itu kudapatkan sesudah tanggal 14 Februari. Aku lupa tanggal berapa tapi
yang jelas sesudah hari Valentine itu.
Sejujurnya aku masih
enggak sepakat dengan tanggal 14 Februari yang disebut-sebut sebagai hari
Valentine. Bagiku setiap hari pun harus diisi dengan kasih sayang, bukan hanya
hari Valentine saja!
Ditambah lagi aku adalah seorang muslim yang sebenarnya sama sekali tidak boleh merayakan hari Valentine karena hari itu tidak termasuk perayaan besar umat Islam. Satu hari setelah hari Valentine itu, Sri, sahabatku mengirim pesan untuk menemuinya esok hari karena ada titipan untukku, begitu katanya. Akhirnya aku menurut saja. Awalnya aku sudah tahu kalau itu pasti dari Arya, sahabatnya sewaktu SMA dan sahabat baruku di tahun 2012, tapi aku masih bertanya-tanya titipan apa yang ia berikan untukku. Tika, sahabatku yang tahu cerita aku dan Arya ikut menebak-nebak.
Ditambah lagi aku adalah seorang muslim yang sebenarnya sama sekali tidak boleh merayakan hari Valentine karena hari itu tidak termasuk perayaan besar umat Islam. Satu hari setelah hari Valentine itu, Sri, sahabatku mengirim pesan untuk menemuinya esok hari karena ada titipan untukku, begitu katanya. Akhirnya aku menurut saja. Awalnya aku sudah tahu kalau itu pasti dari Arya, sahabatnya sewaktu SMA dan sahabat baruku di tahun 2012, tapi aku masih bertanya-tanya titipan apa yang ia berikan untukku. Tika, sahabatku yang tahu cerita aku dan Arya ikut menebak-nebak.
“Cie, dia bakalan
ngasi coklat tuh buat kau, Mah!” canda TIka
“Mana pula” senggahku
“Mungkin aja dia
merayakan hari Valentine” sambung Tika lagi
“Aghh, mana mungkin
say. Agamanya kuat kok. Mana mau dia merayakan Valentine!” sambungku lagi meyakinkan
Tika.
“Kalau kau dapat
coklat, bagi-bagi aku ya” pinta Tika dengan tatapan yang menggodaku.
“Iya, beres tuh”
balasku dengan senyuman.
Sebenarnya waktu itu
aku menebak kalau Arya bakal memberiku surat atau buku. Alasan mengapa aku
menebak surat, itu hanya feeling belaka. Kalau alasannya buku, itu karena aku
dan Arya pernah bersama-sama ke Gramedia. Di sana, ada satu buku yang ingin aku
beli, tapi enggak jadi. Waktu itu masih ujian akhir semester 3, makanya aku mau
fokus dulu dengan ujian dan meninggalkan sedikit buku-buku yang tidak termasuk
mata kuliah semester 3. Dan kurasa Arya bakal memberiku buku itu. hahaha… tapi
aku enggak ngarep ya.
***
Kira-kira pukul 11
siang aku dan Sri bertemu. Tika juga ikut setia menemaniku menemui Sri. Aku
tahu, Tika pasti bakalan minta apa yang akan diberikan Arya padaku. Hahaha,
makanya dia ngekor terus kemana aku pergi.
Dugaanku benar, Arya
memberikanku sepucuk surat. Ketika surat dikeluarkan Sri dari tasnya, kulihat
wajah Tika tiba-tiba lesu. Harapannya untuk mendapat coklat musnah sudah. Sedih
sekali kurasa. Dan aku juga sebenarnya sedih sekaligus penasaran apa isi surat
itu. Tika merampas surat itu dariku. Aku berusaha memintanya dan mencoba untuk
membuang surat itu. Entah mengapa, aku tiba-tiba emosi dan mulai marah-marah.
Menurutku, Arya terlalu kekanak-kanakan. Untuk apa sich memberi surat kalau
nomorku masih ada sama dia. Sms aja apa susahnya sich. Pikirku.
Di taman Tarbiyah
yang baru dibangun itu, akhirnya aku dan Tika singgah sebentar dan duduk di
taman itu. Karena malu takut diperhatikan orang-orang, aku bisa mengontrol
emosiku sesaat. Tika mulai membuka dan membaca surat itu dengan menjiwai satu
demi satu kata yag tertulis di sana. Saat itu, aku enggak bisa melukiskan
perasaanku yang sesungguhnya. Aku sedih, perih atau apalah itu. Rasanya aku
sudah menzalimi seseorang. Padahal aku sama sekali tidak bermaksud untuk
memutuskan silaturahmi itu. Okelah dari pada banyak mukaddimah, lebih baik aku
langsung membalas surat itu
Untuk Arya
Dari aku, seorang
gadis yang tak sengaja melukaimu.
Aku baik-baik saja
kok. Kabar kamu gimana? Baik juga kan? O ya, aku dapat IP yang agak lumayan
tinggi loh walaupun kamu hampir tiap malam menelponku sewaktu ujian. Pasti kamu
banggakan sama aku? Assekk, aku juga bangga… bangga kenapa ya? Enggak tahulah
pokoknya bangga aja. Hahaha… kemarin liburan, aku udah pinter masak loh. Di
rumah aku aja yang masak… Pasti kamu mau kan cobain masakan aku? Lha?? Kok jadi
cerita masak dan IP ya? Kagak nyambung… Oke langsung ke inti surat! Nanti kalau
ada waktu dan Allah mengizinkan, aku bakal nitip makanan buat kamu. Enggak
surat lagi. Kalaupun enggak bisa, aku bakal nulis resep masakan di catatanku
dan nge-tag kamu. Oke! Waduh…. Enggak-enggak! Harus konsentrasi ke isi surat.
Sejujurnya aku
bingung sama kamu Arya! Kamu kenapa sich pakek ngapus nomor aku segala!
Emangnya salah aku apa? Kalau kemarin aku minta kamu untuk tidak menelponku,
itu karena aku gak suka lama-lama ditelpon! Telingaku panas akibat radiasi HP.
Radiasi Hp itu sangat berbahaya loh! Temannya temanku ada yang mengidap kanker
otak akibat sering telpon-telponan!. Bahayakan? Makanya aku enggak suka
lama-lama ditelpon. Nah, kalau yang kemarin kamu nelpon aku dan yang ngangkat
telpon itu laki-laki. Itu saudara sepupuku. Waktu itu aku udah pulang kampung.
Pas kamu nelpon, aku lagi pergi dan meninggalkan HPku di rumah. Jadinya sepupuku
yang ngangkat. Lagian kenapa kamu membawa masalah itu di surat kamu kemarin. Kalau dia itu cowok
aku, emangnya kenapa? Hahaha…
Kamu kenapa sich
Arya? Apa yang terjadi sama kamu sampai-sampai kamu menghapus nomorku.
Lagi-lagi aku memang harus mempertanyakan ini. Kita kan teman. Jadi masak teman
sampai segitunya. Aku bingung sekali dengan kelakukanmu yang membuatku harus
berintropeksi diri. Kalau dipikir-pikir secara logika, kamu enggak seharusnya
menghapus nomorku cuma gara-gara aku menolak ditelpon dan yang ngangkat telpon
itu suara laki-laki. Kamu enggak boleh marah loh dengan itu semua, aku kan
temanmu. Tapi kalau dipikir-pikir pakek perasaan, kamu pasti menyimpan sesuatu
dari aku kan? walaupun kamu enggak pernah bilang! Tapi sebagai gadis yang
kadang-kadang mikir pakek logika dan perasaan, aku tahu apa yang kamu rasa..
Asseek… o ya, untuk mengidentifikasi masalah ini, aku pakek yang pertama,
logika! Kamu juga dong, harus pakek logika. Jangan pakek perasaan!
Aku juga harus tegas
atas kejadian ini. Kita ini teman! Oke… aku masih mau berteman denganmu sobat!
Sudah ya, sampai di
sini dulu tulisanku. Bingung harus melanjutkan apa lagi. Lain kali kita sambung
lagi ya…
See u my Friend!
Sekali lagi, maafkan
aku ya!!!!
Hah! akhirnya
unek-unek keluar juga. Semoga surat ini sampai ke FBnya. Dan ia baca! O ya, aku
belum berterima kasih sama Arya. Makasih ya Arya udah melindungiku sewaktu kita
kena tilang kemarin.. Hahahaha
NB : sekali lagi
saya tekankan bahwa TIDAK SEMUA YANG LO BACA ITU BENER! OKe!!!!
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung ke blog saya ^_^
Salam Cahaya ^_^