Tinggal pilih entri yang kamu suka
Liburan Berhikmah
Akhirnya
liburan satu hari satu malam berakhir juga di rumah Safa tepatnya di Batu Bara.
Ada banyak pelajaran yang bisa diambil walaupun hanya sekedar berlibur di sana.
Setidaknya rasa syukur kepada sang khalik semakin berapi-berapi. Tapi satu hal yang cukup membuatku kecewa adalah aku sengaja tak membawa ‘dedek’ (nama
Notebookku) padahal ketika di pantai Bunga inspirasi meluber dari otakku.
Aghhh… Nah sekarang aku mencoba untuk mengingat inspirasi-inspirasi itu.
Sebelumnya,
aku akan menceritakan kronologis mengapa kami, PBI-1 bisa sampai ke sana.
Awalnya hanya berupa ide candaan dari salah satu mahasiswa PBI-1, namun
akhirnya kami menanggapi ide itu dengan serius. Sebagian dari kami setuju untuk
silaturahmi ke rumah Safa. Ada sekitar lima belas orang yang bersedia berangkat
ke sana. Senin pagi, 09 Januari kami sudah tiba di stasiun kereta api Medan dan
siap untuk berangkat. Bagiku perjalanannya cukup menyenangkan. Hanya saja ada
tiga orang sahabat kami yang harus merelakan dirinya menjadi pemeran utama tragedy
drama korea. Icha, Irul dan Jun terlambat datang ke stasiun. Entah apa sebabnya
tapi yang jelas itu bukan kemauan mereka. Kami semua sempat tak tenang waktu
itu. Icha memutuskan untuk datang menyusul kami ke stasiun lain (aku gak tau
nama stasiunnya woy). Sedangkan Jun dan Irul langsung berinisiatif untuk naik
bus menyusul kami. Kami apresiasi perjuanganmu sobat!
Alhamdulillah
akhirnya kami tiba di rumah Safa sekitar pukul sebelas lewat. Kedatangan kami disambut ramah oleh keluarga
Safa. Aku nyaman berada di tengah-tengah keluarga yang bernafaskan islam
seperti keluarga Safa. Semoga kelak aku bisa membangun keluarga seperti itu.
Aamiin. Sehabis makan siang dan salat zuhur, kami memutuskan untuk ke Pantai
Bunga. Kak Eki, kakak Safa bersedia menjadi guide kami. Nah, yang membuat aku
semangat lagi adalah kami bisa gratis masuk ke pantai itu. Alhamdulillah.
Tak
memerlukan waktu berjam-jam untuk tiba di sana. Rasa damai dan tentram keluar
begitu saja dari batinku ketika aku melihat ombak-ombak berkejar-kejaran ke
tepi pantai. Indah sekali menurutku. Inspirasiku juga keluar mendadak. Namun
sayang aku tak membawa alat tulis waktu itu. Alam-alam sekitar memaksaku untuk
mengingat sang khalik. Betapa besarnya kekuasaan ilahi. Semua yang diciptakan
Allah di dunia ini sungguh sangat bermanfaat. Ada pasir, ombak, air, pulau di
seberang, mereka mempunyai manfaat yang berbeda. Alam ini sungguh membawaku
terhanyut akan kebesaran ilahi. Betapa berdosanya aku yang selalu mengeluh
dengan kekurangan dan takdirku. Alam ini menyadarkanku betapa adilnya Allah
menciptakan semuanya. Sempat terpikir dalam benakku, mengapa aku diciptakan
sebagai manusia?. Mengapa aku tidak diciptakan sebagai air, api, cahaya,
matahari, bulan dan lain sebagainya? Bertanyaan bodoh memang. Seharusnya aku
tak perlu mempertanyakan itu. Mungkin semua benda-benda mati yang ada di bumi
ini akan mengutukku ketika mereka tahu aku menangis meratapi takdirku sebagai
manusia. Seandainya Allah membiarkan mereka untuk bicara, mungkin mereka akan
meminta kepada Allah untuk mengganti posisiku. Alias tukar arwah! Betapa
bodohnya aku. Sekarang aku tengah sadar akan semuanya. Manusia adalah makhluk
sempurna yang Allah ciptakan. Mereka memiliki akal pikiran maka dari itu Allah
menyebutkan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Apalagi yang membuatku merasa kekurangan? Ampuni aku
ya Allah.
Di
tempat ini pula, aku menuangkan segala masalahku. Aku tak menyangka air mataku
menetes begitu saja ketika aku mengingat semua masalahku. Aku tahu, Allah maha
adil. Allah memberikan masalah kepada hambanya untuk melihat seberapa besarkah
keimanan dan kesabaran seorang hambanya. Masalah sebesar apapun pasti ada jalan
keluarnya. Semua kejadian di dunia ini juga sudah ditakdirkan Allah sejak lama,
lebih tepatnya ia sudah tercatat di Lauhul Mahfus sana. Ia berjalan sesuai
kehendak Allah. Jadi tak ada gunanya meratapi takdir.
Walaupun
hanya beberapa jam kami di pantai itu, setidaknya membuatku sadar betapa
indahnya kehidupan ini. Tak pantas untuk dikeluhkan hanya karena masalah yang
kecil. Aku pernah dapat sms dari seorang sahabatku yang isinya begini “jangan
pernah mengatakan bahawa masalahku terlalu besar ya Allah. Tapi katakanlah, hey
masalah, aku masih punya Allah yang maha besar”. Kira-kira begitulah isi sms
itu. Akhirnya tersadarkan juga. Terimakasih ya Allah, Engkau masih sayang
dengan seorang hamba yang penuh dengan dosa ini.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung ke blog saya ^_^
Salam Cahaya ^_^