Tinggal pilih entri yang kamu suka
Menilai Seseorang dari Akun Jejaring Sosial, Pikir-pikir Lagi Deh!
Iseng-inseng buka Facebook sudah terbaca status ribuan
orang di beranda kita. Ada status yang berupa pengharapan seperti “ Ya Allah,
semoga aku menang lomba hari ini”, status marah-marah, “Iss, benci kalilah aku
lihat dia. Udah macam apa aku ngomong sama dia, gak ditergenya aku. Keterlaluan!!
Pergi aja ke laut lo!”, status ngeluh, “Panas kalilah hari ini, butuh kipas.
Tuhan, matikan donk lampu dunia ini!”, ada juga status bahagia dan syukur,”
Alhamdulillah hari ini tulisanku terbit” dan yang paling booming sekarang ini status galau, “Aduh tetangga sebelah
jalan-jalan sama pacarnya malam minggu begini, sedangkan gue cuma duduk manis
ditemani nyamuk-nyamuk nakal, malangnya nasib yang jomblo ini”. Dan masih
banyak lagi status-status lainnya. Sebelumnya perlu kita garis bawahi dulu apa
sich Facebook itu? Siapa sich yang boleh punya akun Facebook itu? Facebook ini
adalah salah satu jejaring sosial yang siapapun bisa menggunakannya (kalau
ingin tau lebih dalam dan lebih ilmiah lagi sialakan searching mbah Google ya).
Mulai dari kakek, nenek, ibu-ibu, bapak-bapak, tante, remaja-remaja bahkan
anak-anak bisa menggunakan akun ini dan biodata yang kita buat bisa dipalsukan.
Seandainya saja peraturan pembuatan Facebook ini harus memasukkan nomor KTP
dengan benar, mungkin penggunanya tidak sampai miliyaran.
Kalau dilihat-lihat memang kepribadian seseorang sudah
terbaca dari status yang diupdatenya
di Facebook. Mungkin pada menit itu dia sedang sedih, senang, galau dan
sebagainya sehingga ia harus mengeluarkan unek-uneknya lewat jejaringan sosial.
Bisa saja dengan cara itu dapat membuatnya lega dan bahagia. Namun tidak
sepenuhnya kita mengklaim seseorang sebagai ratu galau, ratu sedih atau apalah
yang dapat menyudutkannya karena sekali lagi akun Fbnya adalah miliknya, jadi
terserah dia mau buat apa di sana kecuali ada hal-hal yang dapat mengganggu
orang lain misalnya memfitnah, membuka aib dan mempermalukan orang lain di
depan umum. Itu baru tindakan keterlaluan dan perlu diluruskan ke jalan yang
benar. Memang benar jika kita agak merasa terganggu (karena kita terlalu
sensitif) dengan status seseorang di Facebook apalagi sampai-sampai kita
ditandainya dalam status tapi itulah jejaring sosial. Kalau tidak ingin baca
status orang-orang yang membuat kita palak karena terlalu galau, sedih, senang,
marah-marah, lebih baik kita hapus saja dia dari pertemanan. Kita tidak bisa
memaksa orang lain untuk membuat status seperti ini atau seperti itu sesuai
kehendak kita. Kalau terganggu ditandai dalam status, lebih baik kita buat
pengaturan privasi sendiri jadi orang-orang tidak semena-mena menandai kita
dalam statusnya (mungkin ada di pengaturan privasi). Nah, kalau ada status yang
berujung pada fitnah menfitnah, mempermalukan dan hal-hal yang membuat
pandangan seseorang buruk terhadap kita, lebih baik diselesaikan dengan damai
atau jika tidak puas dapat membawanya ke jalur hukum.
Nah, Facebookers sekalian, percaya enggak sich kalau satu orang memiliki lima akun
Facebook dengan biodata yang berbeda-beda? Intinya sudah didapat, apapun yang
ada di Facebook sebaiknya jangan dipercaya 100 persen. Saya pernah punya
seorang teman sebut saja namanya Reka (samaran), dia memiliki tiga akun Facebook
yang berbeda-beda mulai dari biodata, foto, dan lain sebagainya sehingga
orang-orang tidak menyangka kalau itu Reka yang punya. Belum lagi statusnya
berbeda-beda. Pada menit yang sama dia update status galau, di akun satunya
lagi dia update status senang dan satunya lagi marah-marah enggak jelas. Tapi
pada kenyataannya dia sedang jatuh cinta pada saat itu. Apa kita layak masih
percaya dengan status seseorang? Jadi kalau mau mengukur seseorang lewat Facebook
sebaiknya berikan 40% saja. Jangan lebih! Makanya terkadang penulis bingung
dengan pengguna Facebook yang sudah jatuh cinta secepat kilat dan menilai
seseorang paling baik sedunia hanya karena membaca statusnya tanpa tahu siapa
dia sebenarnya. Belum lagi ada beberapa perusahaan asing yang mempertimbangkan
lamaran kerja seseorang karena status jejaringan sosialnya (termasuk Facebook, Twitter,
dll). Kalau menurut penulis status jejaringan sosial kurang bisa dijadikan
patokan untuk menerima seseorang bekerja di perusahaan asing karena pada
hakikatnya perusahaan seharusnya menilai dari segi kompetensinya. Jadi
sepertinya terlalu sempit jika kita menilai seseorang dari status Facebook.
Sekali lagi itu hanya perspektif saya saja. Jika ada pendapat yang berbeda itu
lebih baik. Tinggal keluarkan saja karena negara kita ini adalah negara
demokrasi.
Walaupun begitu kita sebagai pengguna jejaring sosial
lebih baik berhati-hati dalam membuat status dan mengutarakan pendapat. Jangan
sampai kita menunjukkan kelemahan-kelemahan kita dengan status atau komentar
yang kita buat karena ini adalah jejaring sosial yang dapat dilihat orang
banyak dan semua orang bisa menilai. So, berhati-hatilah.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung ke blog saya ^_^
Salam Cahaya ^_^