Tinggal pilih entri yang kamu suka

Monday, February 18, 2013

HUJAN


Every second of it...

Untukmu malaikat berkuda putih yang kuanggap sebagai Hujan
Hujan, sejak awal aku tak punya alasan mengapa menamaimu Hujan, padahal aku sama sekali tak menyukai hujan. Aku masih ingat saat-saat aku masih kelas dua SD. Hujan di pagi hari membuatku tak bisa pergi ke sekolah. Hujan di malam hari membuat tanah-tanah becek dan kotor yang akhirnya menyisakan tanah-tanah liat basah menempel di sepatuku. Bahkan aku pernah merengut dari balik jendela kamar menatap hujan menyudut di balik senja.
Hujan masih menyisa hingga akhirnya klimaks hujan menyebabkan banjir di akhir tahun 2006. Hujan... bagaimana jika saat ini aku sedikit menyukaimu? Atau banyak? Aku berharap kau tidak diam saja. Aku ingin menari-nari di atas tanah basah bersama derasnya Hujan hingga basah kuyup, seperti dulu. Indah kurasa. Penat ini berubah.

Terkadang Hujan mengingatkanku pada sang penciptanya bahwa cinta kepadanya bukanlah sesuatu yang abadi. Ya, aku mengerti. Setidaknya Hujan mampu menghapus panas selama dua tahun berturut-turut. Dulu aku memilih Matahari, meyukai panas. Katamu juga Matahari itu tak baik untukku. Panasnya bukan melambangkan cinta,”Bukan seperti itu yang dinamakan cinta!” kata Hujan sebelum ia turun dalam sanubariku. Lalu aku benar-benar kecewa pada Hujan yang menjatuhkan Matahari di hadapanku. Jika itu bukanlah cinta Matahari, lalu cinta Hujan seperti apa? Bisakah kau jelaskan sedikit saja padaku maka aku akan mengerti walau aku harus mengkajimu beberapa malam, seperti saat aku mengkaji mata kuliah untuk persiapan ujian.

Hujan, aku memang sebatang pohon angkuh di hadapanmu yang sama sekali tak peduli siapa kau saat ini.  Kau tahu mengapa aku lebih memilih menjadi pohon? Itu karena aku tak mau menjadi bunga. Aku tahu Hujan menyukai bunga. Bunga itu indah, anggun, berseri dan makhluk hidup sempurna untukmu. Dan aku hanya sebatang pohon yang berusaha menjaga dedaunan agar tak jatuh ditiup angin dan merelakan setiap dedaunan yang jatuh jika saatnya tiba. Tapi setidaknya aku berusaha menjadikan setiap kayuku berguna bagi makhluk hidup lain. Hujan, aku tak pernah berharap kau membasahiku saja. Aku bahagia jika kau membasahi mawar-mawar lain karena itulah tugasmu. Berusaha memberikan kehidupan untuk makhluk hidup lain.

Aku menikmati setiap rasa yang mengharu biru di dadaku. Setiap sentimeter tetesanmu selalu menjadikan itu berarti untuk kehidupanku. Kini aku tengah mempelajarinya. Mempelajari cinta yang kau maksud. Cinta itu sama saja dengan memberikan kehidupan dan kuanggap cinta ini seperti ‘hujan’. Terkadang hujan itu deras hingga aku tak sanggup membendungnya, namun ia juga seperti gerimis, begitu pelan dan hati-hati membasahi tanah dan pohon tapi walaupun begitu hujan memberikan kehidupan.

Untuk saat ini terimakasih Hujan, tetaplah membasahi semua makhluk hidup yang akhirnya kau harus memilih satu diantara miliyaran makhluk hidup.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung ke blog saya ^_^

Salam Cahaya ^_^