Tinggal pilih entri yang kamu suka

Friday, February 1, 2013

Setegar Karang

Ombak bergulung-gulung ke tepi pantai. Air tampak riuh tak tenang. Pohon kelapa di pinggir pantai melambai-lambai bak mengajak siapa pun untuk singgah ke pinggir pantai. Bebatuan berbaris rapi tepat di tepi. Ada yang besar dan kecil tersusun indah. Belum lagi air laut yang kebiru-biruan memantulkan cahaya langit. Pasir yang masih ditutupi air dangkal tampak berkilau. Indah sekali. Aku duduk diantara bebatuan besar yang dekat dengan tepi. Memainkan beberapa batu kecil dan siap melempar batu itu ke tengah laut. Suasana ini cukup membuatku tenang menikmati indahnya ciptaan tuhan. Tanganku masih asyik melempari batu-batu kecil itu sekuat tenaga. Beginilah caraku untuk mengurangi stres. Setiap kali ada masalah, aku selalu datang ke tempat ini. Tempat di mana aku melampiaskan semua rasa sedih, kecewa, gundah dan masih banyak lagi.

“Aku benci kenyataan ini!,” aku menjerit sekuat tenaga. Di sini tak ada orang selain aku, jadi aku leluasa berekspresi.

Di tengah-tengah kemarahanku, tiba-tiba datang seorang lelaki yang tak kukenal datang. Ia memakai kaos hitam dan topi berwarna coklat. Ia menghampiriku dan duduk di sebelahku.

“Kamu tahu mengapa ombak terus-terusan menerpa batu besar itu?” lelaki itu membuka pembicaraan.

Aku berhenti melempari batu kecil ke tengah laut. Kutatap wajah lelaki itu dari samping.

“Enggak. Maksud kamu apa?” jawabku mengerutkan dahi dan bertanya dalam hati siapa lelaki itu?

“Agar sang batu karang semakin tegar, walaupun pada akhirnya terpaan itu akan membuatnya terkikis. Namun, kikisan itu akan menjadi pasir yang indah dan berkilau” lelaki itu menatapku dan tersenyum setelah menjelaskan agak sedikit panjang.

Aku masih belum mengerti. Ini merupakan topik baru dalam pembicaraanku. Ada seorang lelaki yang sama sekali tak kukenal menjelaskan tentang ombak dan batu karang. Saat ini aku hanya mencerna setiap kata-kata yang keluar dari bibir lelaki itu tadi.

“Aku masih enggak ngertilah. Apa hubungannya antara aku, ombak dan batu karang?” tanyaku dan terus menatap matanya yang sedari tadi menatapku.

Lelaki itu memalingkan pandangannya dan menatap tentram ombak yang sesekali menerpa kaki kami.

“Ketika kau telah mengetahui arti filosofi itu, aku yakin pasti kamu tidak akan pernah mengeluh seperti tadi dan melempari batu-batu kecil itu” ungkapnya tegas dan bangkit meninggalkanku.

Aku masih terdiam mengartikan semuanya. Bibirku terasa kaku untuk menanyakan tentang ini lagi. Kuurungkan niatku untuk mengejarnya dan memintanya menjelaskan makna ombak dan batu tadi. Akhirnya aku hanya bisa menatap setiap ombak yang datang menghampiri dan membasahi setiap jari-jari kakiku.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung ke blog saya ^_^

Salam Cahaya ^_^