Tinggal pilih entri yang kamu suka
Setegar Karang
Ombak bergulung-gulung ke tepi
pantai. Air tampak riuh tak tenang. Pohon kelapa di pinggir pantai
melambai-lambai bak mengajak siapa pun untuk singgah ke pinggir pantai.
Bebatuan berbaris rapi tepat di tepi. Ada yang besar dan kecil tersusun indah.
Belum lagi air laut yang kebiru-biruan memantulkan cahaya langit. Pasir yang
masih ditutupi air dangkal tampak berkilau. Indah sekali. Aku duduk diantara
bebatuan besar yang dekat dengan tepi. Memainkan beberapa batu kecil dan siap
melempar batu itu ke tengah laut. Suasana ini cukup membuatku tenang menikmati
indahnya ciptaan tuhan. Tanganku masih asyik melempari batu-batu kecil itu
sekuat tenaga. Beginilah caraku untuk mengurangi stres. Setiap kali ada
masalah, aku selalu datang ke tempat ini. Tempat di mana aku melampiaskan semua
rasa sedih, kecewa, gundah dan masih banyak lagi.
“Aku benci kenyataan ini!,” aku
menjerit sekuat tenaga. Di sini tak ada orang selain aku, jadi aku leluasa
berekspresi.
Di tengah-tengah kemarahanku,
tiba-tiba datang seorang lelaki yang tak kukenal datang. Ia memakai kaos hitam
dan topi berwarna coklat. Ia menghampiriku dan duduk di sebelahku.
“Kamu tahu mengapa ombak
terus-terusan menerpa batu besar itu?” lelaki itu membuka pembicaraan.
Aku berhenti melempari batu kecil ke
tengah laut. Kutatap wajah lelaki itu dari samping.
“Enggak. Maksud kamu apa?” jawabku
mengerutkan dahi dan bertanya dalam hati siapa lelaki itu?
“Agar sang batu karang semakin
tegar, walaupun pada akhirnya terpaan itu akan membuatnya terkikis. Namun,
kikisan itu akan menjadi pasir yang indah dan berkilau” lelaki itu menatapku
dan tersenyum setelah menjelaskan agak sedikit panjang.
Aku masih belum mengerti. Ini
merupakan topik baru dalam pembicaraanku. Ada seorang lelaki yang sama sekali
tak kukenal menjelaskan tentang ombak dan batu karang. Saat ini aku hanya
mencerna setiap kata-kata yang keluar dari bibir lelaki itu tadi.
“Aku masih enggak ngertilah. Apa
hubungannya antara aku, ombak dan batu karang?” tanyaku dan terus menatap
matanya yang sedari tadi menatapku.
Lelaki itu memalingkan pandangannya
dan menatap tentram ombak yang sesekali menerpa kaki kami.
“Ketika kau telah mengetahui arti
filosofi itu, aku yakin pasti kamu tidak akan pernah mengeluh seperti tadi dan
melempari batu-batu kecil itu” ungkapnya tegas dan bangkit meninggalkanku.
Aku masih terdiam mengartikan
semuanya. Bibirku terasa kaku untuk menanyakan tentang ini lagi. Kuurungkan
niatku untuk mengejarnya dan memintanya menjelaskan makna ombak dan batu tadi.
Akhirnya aku hanya bisa menatap setiap ombak yang datang menghampiri dan
membasahi setiap jari-jari kakiku.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung ke blog saya ^_^
Salam Cahaya ^_^