Tinggal pilih entri yang kamu suka
Cinta : Sebuah Penghapusan Dosa
Malam ini terasa sepi. Enggak ada seorang pun
selain gadis bermata bulat di kamar itu. Lampunya hampir tak bercahaya. Gadis
itu tampak seperti tidur dengan posisi badan menyamping. Ia sama sekali belum
tidur walau matanya sudah terpejam beberapa jam lalu. Sesekali angin malam
mengetuk jendelanya. Namun, ia tetap terbaring. Wajahnya pilu. Ada semacam rasa
yang terpendam di batinnya. Sesekali air mata membasahi pipinya dan member
kilatan sedikit cahaya. Hatinya penuh gundah. Wajah yang terbalut senyuman di siang
hari kini redup pada malam hari. Ia tak mengerti dengan sebuah arti kepergian.
Entahlah! Ingatan itu begitu jelas saat-saat ia mengenal lelaki itu. Semua
tatapannya, senyumannya, suaranya, gerak-geriknya, yah semuanya seakan
memorinya terulang kembali dengan pria itu. Saat di mana sebuah keadaan memaksa
untuk mengenali sosoknya bahkan memaksa untuk mencintainya. “karena kamu dan
aku akan saling mencintai”, kata-kata itu kembali terngiang jelas seperti
beberapa tahun silam. Tapi begitu jauh berbeda dari kenyataan sekarang. Mungkin
takdir tidak berpihak dengannya. Malam-malam indah, siang hari penuh ceria dan
cerita kini memang harus usai ditelan takdir. Gadis itu sebenarnya ingin
menjerit namun ia tak bisa. Ada rasa sesak di dadanya yang hanya bisa diungkapkan
dengan air mata. Bukan dengan suara ataupun kata-kata.
“Tolong jangan pergi!” jeritan itu tak didengar di
alam nyata. Gadis itu membiarkan sosok itu pergi bersama bidadari kecil. Entah
siapa dia. Sosok itu meninggalkannya dalam sebuah tanda Tanya besar yang enggak
pernah terungkapkan. Hatinya berkecamuk. Ia ingin melawan takdir dan meraih
sosok itu kembali. Tapi tidak mungkin karena gadis itu hanya seorang wanita.
Hanya wanita. Ia tidak punya kekuatan untuk mempertahankan. Tubuhnya lesu,
lunglai tak berdaya. Seandainya waktu terulang kembali maka wanita itu berjanji
untuk tidak pernah membiarkannya pergi lagi.
Gadis itu membalikkan posisi tidurnya. Kali ini
matanya benar-benar basah. Hatinya semakin sakit. Impiannya dulu ternyata hanya
sekedar mimpi. Ia memang harus bangun dan kembali metanap dunia penuh ceria
seperti ia masih kecil dulu. Saat ayah dan ibunya membelikan es krim ketika
jalan-jalan.
Batinnya sama sekali tidak pernah berhenti berdoa.
Doanya seperti memaksa Tuhan. Ia tidak ingin membiarkan Tuhan memiliki pilihan
dalam pengkabulan doanya. Hari demi hari terasa semakin menyakitkan. Iya, tapi
gadis itu masih bisa menyunggingkan senyum, menutupi semua perasaannya bahkan tersenyum di depan sosok
itu. Hingga sosok itu merasa tak pernah pasti. Kadang ia berkhayal tentangnya,
ia duduk di pelaminan dan bersanding mengucapkan janji suci, melahirkan
anak-anak yang imut dan lucu, serta ia berharap ia dapat menceritakan rasa
cinta itu pada anak-anaknya kelak tentang sosok ayah, pria yang menjadi penuntunnya
menuju surge kelak. Di saat semua masalah yang mereka akan hadapi, lelaki itu
mampu menyumbangkan bahunya untuk bersandar sejenak agar wanita itu dapat
tegar. Lagi-lagi itu hanyalah sebuah khayalan yang belum tentu terjadi. Mungkin
juga tidak terjadi, tapi sebuah perngharapan akan tetap mejadi kenyataan di
batin dan khayalnya.
Semuanya sudah kembali seperti sedia kala. Mereka
seperti melupakan kejadian itu. Namun, gadis itu semakin mengingatnya. Sosok
itu dekat namun terasa jauh. Sayangnya bukan seperti yang dulu. Sangat
memilukan. Entah mengapa gadis itu masih mengharapkan sebuah keajaiban dari
Tuhan. Walaupun sekarang Tuhan sudah berusaha untuk menghadirkan sosok-sosok
lain dalam kehidupan gadis berkulit sawo matang itu, hatinya masih belum
terjamahkan. Ia merasa bahwa Tuhan sedang mengujinya dengan segudang godaan.
Mengapa hanya sosok itu yang ia idamkan? Apa ia seperti malaikat hingga ia
tidak membiarkan gadis itu jatuh cinta dengan yang lain? Namun sebuah kepastian
mengatakan dia bukan malaikat!
Jika memang
mencintai adalah anugrah, biarlah aku tetap mencintainya tanpa harus berkata.
Tapi jika cinta itu hanya sebuah penghapusan dosa, maka sakitilah aku dengan
sebuah rasa itu hingga semua dosa-dosaku pergi seperti ia pergi meninggalkanku.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung ke blog saya ^_^
Salam Cahaya ^_^