Tinggal pilih entri yang kamu suka

Wednesday, December 18, 2013

Lelucon Pembangkit Semangat

Kalian pernah nonton Film The Conjuring tidak? Salah satu film horor yang menurutku bisa membuat jantung berdetak lebih kencang, membuat kita bergidik dan berhalusinasi seolah-olah hantunya berkunjung ke rumah kita. Aku yakin kalau orang yang ada di dunia ini memiliki sifat penakut sepertiku, pasti setelah nonton film ini, mereka tidak berani ke kamar mandi sendirian, apalagi menyusuri sepanjang jalan yang sepi di tengah kegelapan.
Manusia di penjuru dunia untung saja memiliki karakter yang berbeda-beda. Begitu pun dengan salah satu kru Dinamika yang sekaligus menjabat sebagai sahabat seangkatanku bahkan se-Pimpinanku (nama jalan ya) ini. Siapa lagi kalau bukan gadis pemberani yang dengan beraninya berjalan sendirian malam-malam, enggak ada lampu, kanan kiri banyak pepohonan di Sibolangit, namanya Ismayanti. Nama Fbnya jauh lebih keren dari pada nama yang terpampang di ijazahnya, Isma Haya (bagi yang belum berteman, silahkan add).

Gadis yang lahir di bulan September ini menduduki semester VII jurusan PGMI. Dan di Dinamika sendiri, Isma adalah redaktur pelaksana masa kepengurusan Kak Jannah. Bisa dibilang, Isma adalah salah satu kru yang memiliki semangat yang tinggi. Isma juga salah satu alasan mengapa aku tetap bertahan di Dinamika. Aku sempat terpikir untuk keluar dari Dinamika di tengah kesibukanku menjalankan bisnis dan kuliahku beberapa bulan lalu, namun Isma melarangku. Satu yang paling aku suka darinya, dia suka menasehati seseorang dengan cara mengejeknya terlebih dahulu. Berhubung aku sudah lama mengenalnya, aku selalu menganggap apa yang dikatakannya itu adalah motivasi dan sebuah cambukan untukku maju melangkah lebih cepat lagi. Terimakasih sob! Dan Isma tetap asyik untuk diajak share saat galau melanda.

Gadis manis yang suka main gitar di sekret ini juga pernah menjabat sebagai anggota editor, lalu pindah ke kontributor. Kecakapannya meliput sudah tidak diragukan lagi, hanya saja ia kurang mengekspresikannya di depan kita semua. Aku bangga padanya. Apalagi ketika pertama kali ia menjabat sebagai redaktur pelaksana, ia diamanahkan menjadi Korlip Dinamit. Ia rela pulang malam-malam menulis hasil reportase Dinamit dan sebagai teman yang baik, aku menunggunya. Alhasil, kami tidak mendapatkan angkot untuk pulang. Aku masih ingat kejadian itu, kami berjalan jauh sambil menunggu ada angkot 11 atau 121A yang lewat menuju aksara. Sungguh pengorbanan yang patut untuk diacungkan jempol. Dan lelucon Isma selalu menjadi alasan mengapa ada senyuman di saat aku dikuasai kecewa. Sekali lagi terimakasih Ma.

Lagi-lagi aku memang harus memberi semua jempol tangan dan kakiku untuk Isma. Beberapa waktu lalu, Isma memutuskan untuk mengikuti PJTLN di Padang. Awalnya aku pesimis karena aku melihat keadaannya yang kurang mendukung. Namun ternyata aku sepenuhnya salah, Isma berhasil membuktikannya padaku. Dan ia sempat beberapa kali menelponku sepanjang perjalanan Medan-Padang. Ia banyak bercerita tentang buah hasil usahanya yang tidak ada mengeluarkan uang pribadi sepeser pun untuk PJTLN ini. Sesekali Isma membuatku menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan-lahan pertanda ada sedikti kekecewaan dalam diri ini. Melihatku begitu, walaupun dari jarak yang jauh, ia tetap tahu aku menyesal. Lalu ia menasehatiku dan masih sama dengan kata lelucon dan ejekan yang semakin membuatku termotivasi. Itulah sederet cerita tentang Isma yang bisa kurekam di memori ini. Sebenarnya masih banyak lagi, tapi takutnya si objek pembicaraan sudah melayang tinggi akibat disanjung. Hehehe... but over all, you are the best, and one of the apples in my eyes.

2 comments:

  1. Waaah baru tau kalau kak isma seringa main gitar kak 😅😅😅 keren ya kak persahabatannya sama isma, apa lagi pulang malam karena dinamit. Kayaknya emang anak dinamika harus ngerasai itu biar lebih cinta kak (pengalaman pulang malam karena layouting majalah 😅)

    ReplyDelete

Terimakasih telah berkunjung ke blog saya ^_^

Salam Cahaya ^_^