Tinggal pilih entri yang kamu suka

Monday, October 23, 2017

Cahaya Langit Arafah

Menikah adalah impian semua gadis, khususnya bagi gadis yang sudah memasuki usia matang. Begitu pun aku sekarang. Aku adalah seorang gadis yang tidak terlalu kaku dengan semua pelajaran agama yang sudah kupelajari. Satu hal yang aku ketahui tentang menikah, menikah adalah menyempurnakan separuh agama, membawa ketentraman, dan yang paling penting, kita punya partner yang sah di mata agama untuk menuju ke surga. Melihat usiaku yang sudah matang, aku benar-benar ingin menyempurnakan separuh agamaku, dengan lelaki yang bisa membuatku semakin lebih baik, lebih soleha. Dan kini masa pencarian  itu.

Prihal jodoh, aku belum tahu pasti soal itu. Yang aku tahu, Allah sudah menentukan soal rezeki, langkah, pertemuan, maut sebelum kita lahir di dunia ini. Aku bisa mengambil kesimpulan, jodoh adalah seseorang yang nantinya bakal Allah pertemukan, bisa jadi dengan rencanaku sendiri, atau bisa jadi dengan sesuatu yang tidak pernah terfikirku sebelumnya. Tapi aku yakin, semuanya sudah Allah atur, tinggal bagaimana kita selaku aktor berusaha menggapainya.
Mengenal cinta aku tidak sebijaksana mereka, menjalin hubungan sana sini, putus, entah berapa kali. Tapi aku pernah mencintai seseorang begitu dalam, hingga benar-benar harus aku lepaskan seutuhnya. Aku ingat kejadian itu. Delapan tahun silam, waktu itu aku masih kelas 2 SMA dan nyantri di salah satu pondok pesantren yang lumayan ternama. Aku tahu siapa orang yang aku cintai. Ini cinta anak SMA ya, yang kata orang masih cinta monyet. Ini pernah aku tulis di dalam buku kumpulan cerpen, “Love Story”. Tulisanku ada disana, judulnya “Dimensi Istimewa”. Mungkin kalian pernah baca, atau Cuma sekilas melihat judul itu. Tak masalah, karena di sana aku tidak menulis tentangnya secara gamblang, aku malah menulis tentang sahabatnya. Karena bagiku cinta seperti itu akan menyakitkan hati, ini tertuju pada Rasya (nama samaran).
Setelah lulus SMA, aku masih sering berkomunikasi sama Rasya lewat media sosial, dan kadang-kadang Rasya menelponku, menanyakan kabar, memberi semangat, dan hal lazim yang biasa sahabat karib lakukan, dan aku masih tidak terlalu menggubris perasaanku, walaupun aku tahu, Rasya sangat baik. Pasti bahagia bila bersamanya.
Tepat di tahun 2013, dia sedang KKn di Aceh, dan aku juga KKn di Sei Bamban, Batang Serangan. Lewat FB, dia mengenaliku dengan sahabat barunya di Aceh, katanya dia suka nulis, sama sepertiku. Kami berkenalan, Namanya Ricky. Sekarang Ricky jadi penulis hebat (menurutku), karyanya ada dimana-mana. Aku kagum dengan tulisannya, aku pernah baca bait perbaitnya saja. Dan jika kamu membaca tulisan ini Ricky, kamu pasti tersenyum dan ingin lanjut membaca, kamu pasti tahu siapa Rasya yang kumaksud.
Cinta memberikan pelajaran hidup yang sangat bermakna buatku. Jatuh bangun sudah hal yang biasa, itu kata orang-orang disana tanpa pernah bagaimana merasakan jatuh. Aku jatuh, hancur, perasaanku mati rasa sejak kejadian gagal menikah di tahun 2016. Mantan tunanganku sengaja membatalkan semua yang sudah disepakati di tahun 2015 lalu. Bagiku dia orang yang baik, tapi bagi Allah, dia bukan yang terbaik. Atau sebaliknya, aku bukan yang terbaik untuknya.
Ini fase-fase terberat, aku seperti mayat hidup. Berjalan dengan tubuh tanpa raga. Betapa malunya aku waktu itu. Kamu tahu bagaimana rasanya bukan? Ketika tunangan, kita mengundang tetangga sana sini, dan akhirnya putus begitu saja. Sayangnya, orang tuaku bahagia. Itu yang menjadi sumber kekuatanku.
Dan ini puncaknya, tanggal 2 Juli adalah hari bersejarah dalam hidupku. Aku dipersunting oleh lelaki yang karakternya aku suka sejak dulu. Ternyata, ini adalah cara Allah mengabulkan segala doaku. Dia yang sewaktu kami masih di pondok dulu, pernah menyatakan cintanya padaku pada hari raya kedua di tahun 2008. Aku lupa tanggalnya. Dia yang sengaja kuulur-ulur untuk menjawab perasaannya hingga raya keenam, aku resmi menolak cintanya. Ada dorongan lain, tapi sayangnya aku menyesal menolak waktu itu. Dia yag di awal tahun 2009 datang ke rumahku, bukan sebagai pacar, tapi sahabat sekaligus pacar kakak angkatku. Waktu itu aku tidak punya rasa sama sekali. Tapi entah mengapa sejak namanya dipanggil ketika acara wisudaan pondok sebagai mahasiswa baru IPB, ada getaran lain di hatiku yang tak mampu aku menepisnya ditambah lagi jauh-jauh hari sebelum itu, wali kelas kami sering membicarakannya di kelas. Ada perasaan yang tidak kupahami sendiri. Setiap kali mendengar namanya, ada rasa hening di hatiku. Sayangya aku tak mampu menerjemahkannya. Aku hanya bisa diam memandangnya dari jauh.
Di Mesjid Istiqamatul Munawwarah, tercatatlah hari bersejarah kami. Aku memakai baju kebaya biru yang sudah mathcing dengan calon suamiku. Dia kelihatan gagah. Di hari bahagia itu, aku didampingi sahabat-sahabatku, Zakia dan Yuri. Sedikit info tentang Zakia, Zakia adalah teman yang tahu segalanya tentang aku dan calon suamiku. Kebetulan Zakia punya adik laki-laki yang satu pondok dengan kami, jadi Zakia sering berkunjung ke asrama santri dan Rasya (calon suamiku) adalah sabahat baik Zakia. Zakia tahu tentang perasaannya padaku sejak dulu. Ah, aku bingung harus menggambarkannya seperti apa, tapi untuk semuanya, terimakasih termasuk kepada elemen semesta sendiri yang atas izin Allah menyatukan kami secara pelan-pelan.
Tanpa kelihatan gugup dan pengulangan berkali-kali, dia berhasil menjadi suamiku yang sah di mata Allah, Tuhan semesta alam. Aku terharu. Aku mengucapkan syukur berkali-kali, aku membatin. Alhamdulillah, cinta ini sudah resmi dan halal.
Dalam hidup ini, tidak semua yang sudah kita atur sendirinya akan berjalan normal dan baik-baik saja. Ternyata, ada di beberapa bagian, Allah mengambilnya, dan menggantinya dengan jauh lebih baik. Allah tahu segalanya tentang kita, sedangkan kita justru hanya berpikir bagaimana meraih apa yang kita inginkan, bukan apa yang terbaik bagi kita.

Lika liku yang selama ini aku hadapi, membuatku jauh lebih tegar, yang lebih penting, lebih bergantung padaNya. Buat kalian yang sekarang sedang mengalami masa-masa sulit sepertiku, tetaplah tabah, tetaplah berharap padanya, sebab hanya Dialah yang tahu apa yang terbaik bagi kita. Tetaplah berhusnuzzon dengan semua yang sudah menjadi ketentuanNya. Semoga bermanfaat. 

1 comment:

  1. Benar2 cahaya. Ingin sekali bertemu dengan jodoh. Tapi mungkin ada takdir lain yg menghampiri lebih dulu. Waduh jadi curhat saya nih 😆😆😆

    ReplyDelete

Terimakasih telah berkunjung ke blog saya ^_^

Salam Cahaya ^_^